Sasingen Jadi Narasumber Worshop Mengembalikan Kejayaan Rempah Indonesia

Evangelian Sasingen, SE  “  Pala Siau Komoditas Unggulan Sulut ”

BANDUNG, SASTALPos.com – Pala Siau sampai saat ini menjadi komoditas unggulan Sulawesi Utara (Sulut) khususnya Pulau Siau karena memiliki kualitas yang cukup baik dibandingkan dengan daerah lainnya.

“ Untuk pala memang dari Sitaro, khususnya Siau yang memiliki kualitas yang cukup baik dibandingkan dengan daerah lain,” Papar Bupati Evangelian Sasingen SE saat menjadi Narasumber pada Workshop Mengembalikan Kejayaan Rempah Indonesia mewakili Bupati se-Indonesia, yang diselenggarakan oleh Dewan Rempah Indonesia bersama Direktorat Jenderal Perkebunan dalam rangka Hari Perkebunan yang ke-61, Minggu (9/12) di Aula Barat, Gedung Sate, Bandung.

Bupati menjelaskan, keunggulan pala Siau karena memiliki aroma yang lebih tajam, sehingga disukai oleh pasar dalam dan luar negeri. Ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi Pala Siau.

“ Memang di kalangan perdagangan yang terkenal pala dari Siau,” Katanya .

Namun sebenarnya penghasil pala di Sulut bukan hanya di Siau saja melainkan di Tagulandang, Biaro, Minahasa Utara dan Bolmong.

“Selain bijinya, buah pala juga diambil fulinya, “ Ungkapnya

Perbedaan antara pala Siau dan daerah lain antara lain, karena pala Siau yang diambil adalah biji dan fulinya, maka buahnya akan dipanen jika sudah matang, oleh karena itu daging buahnya dibuang begitu saja. Sedangkan untuk pala dari lain dipanen pada saat mengkal. Sebab bukan hanya biji dan fulinya saja yang diambil, melainkan pula dagingnya, untuk pembuatan manisan.

Namun demikian biji dan fuli pala yang diekspor masih merupakan bahan mentah. Padahal seharusnya sudah berupa produk turunan alias olahan.

“ Oleh karena itu akan menguntungkan jika yang diekspor adalah produk turunan,” tutup Bupati.

Dikatakan Bupati, hingga kini masih ada permasalahan dalam pengembangan Pala Siau diantaranya, produksi dan produktivitas masih rendah dikarenakan populasi tanaman pala produktif yang didominasi oleh tanaman yang sudah berumur di atas 50 tahun dan terbatasnya potensi lahan pengembangan.

“Selain itu kontinuitas produksi yang banyak dipengaruhi oleh kondisi tanaman dan terbatasnya reabilitasI dan peremajaan tanaman tua yang berdampak pada kesenjangan yang agak jauh apabila tanaman produktif sudah menurun produktivitasnya,” tutup  Bupati. (*)