Khidmat dan Haru: Tulude di Tariang Lama Jadi Momen Perpisahan PJ Bupati Sangihe

Berita, Sangihe918 Dilihat

SANGIHE.SASTALPOS.COM- Suasana khidmat dan penuh kebersamaan menyelimuti perayaan Tulude U Taung di Kampung Tariang Lama, Kecamatan Kendahe, Jumat (07/02/2025).

Tradisi adat tahunan masyarakat Sangihe ini bukan sekadar seremoni, tetapi juga ungkapan rasa syukur atas berkat yang telah diterima sepanjang tahun lalu serta harapan baru untuk tahun yang akan datang.

 

Perayaan tahun ini terasa lebih istimewa dengan kehadiran Penjabat  Bupati Kepulauan Sangihe, Albert Huppy Wounde, yang didampingi Ketua TP-PKK, Josephine Wounde Tacoh.

 

Dalam sambutannya, PJ Bupati menyampaikan apresiasi kepada masyarakat dan pemerintah Kampung Tariang Lama yang terus menjaga kelestarian warisan budaya Tulude.

“Tradisi ini bukan hanya bagian dari sejarah, tetapi juga pengingat akan jati diri masyarakat Sangihe yang kaya akan nilai gotong royong dan spiritualitas,” ujar Wounde.

Baca juga:  Dinkesda Sangihe Seriusi Penanganan Stunting Hingga DBD , Ini Penuturan Pasandaran

Namun, di balik kemeriahan Tulude, terselip pula momen yang mengharukan. Perayaan tahun ini menjadi kesempatan bagi Albert Huppy Wounde untuk berpamitan, mengingat masa jabatannya sebagai Penjabat Bupati Kepulauan Sangihe akan segera berakhir. Dengan penuh rasa haru, ia mengucapkan terima kasih atas dukungan yang diberikan masyarakat selama kepemimpinannya.

“Saya bersyukur dapat mengemban tugas ini dan menjadi bagian dari tanah Tampungang Lawo. Terima kasih atas kebersamaan yang telah terjalin. Sebentar lagi, tongkat kepemimpinan akan berpindah ke bupati terpilih, dan saya yakin Sangihe akan terus maju,” katanya.

 

Baca juga:  Aksi Kemanusiaan PDI Perjuangan Untuk Korban Bencana Alam di Sangihe

Masyarakat yang hadir menyambut ucapan perpisahan tersebut dengan hangat, mengapresiasi kepemimpinan Wounde yang dinilai telah membawa banyak perubahan positif bagi daerah mereka.

Sementara itu , Rangkaian ritual adat, tari-tarian khas Sangihe, serta prosesi pemotongan tamo sebuah simbol penghormatan dan harapan untuk masa depan yang lebih baik—menjadi bagian dari acara.

Momen Tulude ini kembali menegaskan bahwa tradisi bukan hanya sekadar warisan, tetapi juga refleksi perjalanan bersama. Di tengah perubahan zaman, masyarakat Sangihe tetap menjaga nilai-nilai budaya mereka, menyongsong masa depan dengan semangat persatuan yang tak tergoyahkan. (Jay)

Yuk! baca berita menarik lainnya dari Sastal Pos di GOOGLE NEWS dan Saluran WHATSAPP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *