Suara Hati Pedagang Kaki Lima, Sopir Angkot Ditengah Pandemi Covid -19 dan Berlakunya PPKM Mikro

SANGIHE.SASTALPos.com. – Roda Perekonomian  Kabupaten Kepulauan Sangihe terpusat di Kota Tahuna. Disinilah berbagai aktifitas para pedagang maupun konsumen melakukan sejumlah transaksi jual beli, namun semenjak adanya Pandemi Covid -19 dua tahun lalu, Pendapatan dari sejumlah pedagang kaki lima maupun Sopir angkot semakin hari semakin menurun.

Pertengahan tahun 2021 ini, Kepulauan Sangihe kembali dikejutkan dengan semakin tambahnya pasien Covid – 19, sehingga menjadikan pemerintah Propinsi maupun Daerah untuk Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro dimana semua operasional usaha dibatasi sampai pada pukul 20 : 00 Wita.

Dalam percakapan secara langsung salah satu pedagang kaki lima Ita Mahmud yang berjualan di depan pusat pertokoan, menyampaikan keluhan dimana penurunan omset atau penghasilan semenjak tahun lalu. Ditambah dengan pemberlakuan PPKM mikro ini semakin bertambah parah.

Baca juga:  Tamuntuan Buka Suara Terkait Kedatangan Mesin Pembangkit Listrik, Warganet Sampaikan Terimakasih

” Bagi kami pedagang kecil, sebelumnya pendapatan masih lumayan walaupun hanya sekedar bertahan hidup, karena yang membuat kita sehat adalah isi perut untuk dimakan bukan masker yang membuat kita sehat, ” Sebut Ita. Seraya berucap dimana kondisi ini semoga cepat berlalu.

” Sedangkan membeli makan saja sudah susah dengan Hasil pendapatan sangat menurun jauh dari yang biasa diharapkan. Apalagi untuk membeli Masker ?, ” Ucap Ita dengan raut wajah sedih.

Senada juga disampaikan Iwan salah seorang sopir angkutan umum (mikrolet) yang merasakan dampak menurunnya pendapatan harian. Dimana sudah semakin berkurangnya penumpang yang mengunakan jasa mereka.

Baca juga:  Dinas Perikanan Mengucapkan Selamat Kepada PJ Bupati Sangihe

” Penurunan pendapatan ini terlihat dari jumlah penumpang yang tidak pernah full, karena sepi, apalagi sekarang pertokoan dan supermarket tutup jam 8 malam, ” Keluh Iwan.

Merosotnya pendapatan ini berdampak juga kepada sejumlah pengusaha Salon dimana dulunya dalam sehari bisa sampai 6 konsumen baik pangkas rambut maupun perawatan kecantikan.

” Adanya pandemi Covid – 19, ditambah dengan pembatasan kegiatan saat ini. Kasihan kami pedagang dan usaha kecil seperti ini. Kami berharap ada kepedulian dari pemerintah daerah untuk bisa melihat kondisi kami para pedagang kecil.” Ungkap Meidy Mangili dan Julva Balandatu pemilik salon.

Penulis : Udy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *