Dinkesda Sangihe Seriusi Penanganan Stunting Hingga DBD , Ini Penuturan Pasandaran

Berita, Sangihe114 Dilihat

SANGIHE.SASTALPOS.COM- Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe (Dinkesda) terus menseriusi Kasus Stunting dan Deman Berdarah Dengue (DBD) di wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe.

 

Hal ini juga dibenarkan Oleh Kepada Dinas Kesehatan daerah Sangihe, Dr. Handry Pasandaran ketika disambangi Media ini. (2-10/23).

 

Pasandaran Membeberkan Bahwa Angka Tumbuh Kembang Gizi anak anak dibawah lima tahun Khusus bulan Februari dan Agustus Sudah dilakukan Pengukuran Status Gizi atau Pengukuran Antropometris , Pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan Pada anak anak.

 

” Disana kita peroleh bahwa Untuk Sangihe dari Data EPBPM Sudah Mengalami Penurunan yang sebelumnya sekitar 3,8 Menurun Berkisar 2 Persen tetapi terus menunggu hasil Pengukuran Konfirnasi dari SSGI akan dilaksanakan Pada tahun 2023″. Ujar Pasandaran.

 

Lanjut Menurut Pasandaran, Sesuai data bahwa SSGI tahun 2022 Kemarin menunjukan angka 18,5 dan berharap pada 2024 nanti bisa terkoreksi sampai angka 15 atau 16 , sementara EPPGM jadi ada dua versi.

 

” Data SSGMI Posisi Kita Menurun tiga tahun terakhir dari 24 Persen sampai 15,5 ditahun 2022 yang kita harapkan di tahun 2024 bisa lebih rendah, mungkin bisa mencapai angka 13 atau 14 sebenarnya di tahun 2024 , di tahun 2023 yang kami harapkan paling tidak 14 atau 15 Persen , Tapi kalau EPPGM Sudah Menurun Jauh dari sebelumnya dari 3 , 8 Sekitar dua persen sudah ada , sudah menurun “. Sambungnya.

 

Kadis Dinkesda Sangihe ini Juga Mengatakan Bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya Stunting.

 

” Kalau dari kami di sektor Kesehatan tentu ini sangat dipengaruhi Oleh Pola asuh tumbuh kembang anak , jadi seharusnya memang bagaimana orang tua memperharikan asupan gizi anak , ada kalanya anak anak itu tidak mendapat asupan gizi yang memadai , pola makanya, dan polah asuhnya yang tidak baik akibatnya anak anak ini gizinya tidak terkontrol dan jatuh pada kondisi Stunting “. Jelasnya Lagi.

Baca juga:  Kebakaran Home Industri Pembuatan Tahu dan Tempe Telan 2 Korban Meninggal

 

Sementara itu, Menurutnya Variable lain Seperti orang nikah dalam hal kesehatan dari ibu itu sendiri, Dirinya juga menghimbau Kepada Calon ibu agar mempersiapkan diri serta mengikuti program tablet tambah darah untuk ibu dan calon ibu.

 

” Ibu hamil kiranya dikontrol di Puskemas atau di rumah sakit , kemudian juga ibu yang melahirkan, kita juga harus memastikan, begitu juga sama halnya dengan ibu yang menyusui, harus ada Asi Eksklusif jadi banyak faktor mulai dari dia sementara mempersiapkan diri sebagai calon ibu di usia remaja , harus bersalin juga Puskesmas”. Dihimbaunya lagi .

 

Menurutnya lagi, Pascah persalinan anak ini harus diberikan pola asuh yang baik sepeti di imunisasi tiap bulan anak ini kita follow up atau kita pantau perkembanganya sampai minimal usia anak ini lima tahun , jadi sepanjang gizi anak terkontrol tumbuh kembangnya di evaluasi dan dipantau dengan baik anak akan bebas dari kondisi Stunting .

 

Pasandaran juga berharap untuk Kasus Stunting semua pihak yang terkait baik pemerintah , PKK, dan Seluruh Pelayanan Kesehatan , bagi masyarakat khusunya ibu ibu , dan keluarga keluarga yang beresiko Stunting bisa bersama sama berupaya menangani masalah tersebut.

 

” Mari kita berupaya secara berkala dan teratur memeriksa diri kita terutama ibu ibu hamil usahakan selama masa kehamipan betul betul melakukan pemeriksaan ora persalinan minimal di puskesmas atau ke rumah Sakit , atau juga bidan bidan supaya kita bisa deteksi secara dini”. Harap Kadis Dinkesda ini.

Baca juga:  Demi Keamanan Dan Kenyamanan, TNI Bangun Rumah Tiga Pilar

 

Lebih Lanjut Pasandaran Menghimbau Kepada remaja putri untuk mengikuti program pemberian vitamin dan tablet tambah darah secara teratur di Puskemas Supaya dapat mempersiapkan diri menjadi calon ibu dengan kondisi Kesehatan . Untuk ibu ibu yang menyusui juga Pasandaran mengajak untuk mengikuti program ASI Eklusif wajib dan memperhatikan tumbuh kembang anak.

 

Kepada media ini, Pasandaran juga membeberkan Masalah DBD di Sangihe yang masih di seriusi Oleh Dinkesda.

 

” DBD merupakan penyakit musiman, tergantung kondisi lingkungan , pada kondisi kondisi tertentu apalagi kalau musim hujan banyak sekali genangan air di mana-mana, kondisi lingkungan itu berpengaruh contoh misalnya seperti di pulau kahakitang , pulau kalama kasus yang kemarin , banyak sekali sumur sumur buatan , air hujan masuk ditampung di situ dan tidak ditutup dan jentik nyamuk berkembang akhirnya terjadinya wabah demam berdarah di kahakitang sehingga ada 18 Kasus bahkan dua meninggal ” Jelas Kadis dinkesda Sangihe.

 

Pasandaran mengajak untuk mengatasi Kasus DBD Yang telah merengut Nyawa Masyarakat Seperti kasus kasus sebelumnya yang terjadi di Sangihe.

 

” Kuncinya adalah lingkungan di jaga sedemikian rupa apalagi musim penghijau , drainase, tempat tempat penampungan air, gerakan 3m tetap paling ampuh”. Tutupnya. (Jy)

Yuk! baca berita menarik lainnya dari Sastal Pos di GOOGLE NEWS dan Saluran WHATSAPP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *