Jejak Cinta di Pusara Sang Raja, Danlanal Tahuna dan Istri Tundukkan Hati di Makam Tatehe Woba

Berita, Sangihe476 Dilihat

SANGIHE.SASTALPOS.COM- Di bawah langit mendung yang menggantung di atas pulau Sangihe, prajurit TNI Angkatan Laut, dipimpin langsung oleh Komandan Lanal Tahuna Kolonel Laut (P) Surya Ary Muryanto, C.T.M.P, CHRMP dan sang istri, Nyonya Nuke Surya AM, berdiri khidmat di hadapan sebuah makam tua yang diselimuti lumut dan dedaunan gugur. Tak hanya mengenakan seragam kehormatan, mereka juga menyandang bendera merah putih—sebuah lambang kecintaan mereka terhadap tanah air dan para pendahulunya.

Hari itu, Sabtu (5/4/2025), bukan sekadar ziarah biasa. Di tengah bisu nisan yang renta oleh zaman, mereka menyentuh kembali jejak sejarah, mengenang sosok agung yang berjasa membuka jalan bagi peradaban Tahuna, Raja Pertama Tahuna, Tatehe Woba.

Dalam diam yang penuh makna, rasa haru menyelimuti setiap langkah mereka. Di bawah rindangnya pohon-pohon tua, Komandan Surya dan istrinya menundukkan kepala, memberi hormat pada pusara sang raja yang pernah menjadi momok bagi kapal-kapal perang VOC di masa silam.

Baca juga:  UPP Kelas II Tahuna Mengucapkan Selamat HUT RI ke 78 Tahun

“Ziarah makam ini awalnya kami datangi  saat tempat ini masih memprihatinkan,” kenang Danlanal Surya. “Kami tergerak untuk memperbaiki dan membersihkan, karena rasa hormat kami pada perjuangan beliau.”Ujarnya

Tatehe Woba, atau Ansa Awuho, adalah raja legendaris yang memerintah dari tahun 1580 hingga 1625. Ia dikenal sakti, seorang pemimpin maritim yang ulung. Konon, hanya dengan segenggam pasir, ia mampu mengeringkan rawa di Teluk Tahuna hingga menjadi daratan kota Tahuna yang kini menjadi jantung kehidupan masyarakat.

Lebih dari sekadar pemimpin, Tatehe Woba adalah penjaga tanah kelahiran. Ia menghadang kedatangan armada laut VOC di pantai Kolongan—pertempuran laut yang dikenang hingga kini, kala kapal-kapal asing itu karam oleh keberanian sang raja dan pasukannya.

Baca juga:  Event Discover North Sulawesi Manjakan Mata Publik, Tampilkan Potensi Khas Pulau Nyiur Melambai

Kini, berabad-abad kemudian, penghormatan itu datang bukan lewat perang, tapi lewat cinta dan kepedulian. Dengan tangan-tangan tulus, para prajurit Lanal Tahuna menyapu dedaunan dan merapikan nisan, seolah berkata, “Kami belum lupa. Namamu masih hidup.”

Di akhir kegiatan, Kolonel Surya memberi pesan kepada masyarakat Sangihe untuk turut serta menjaga pusaka sejarah ini. “Berkat perjuangan Raja Tatehe Woba, kita bisa mendiami pulau ini hingga sekarang. Mari kita rawat makam ini bersama, sebagai bentuk rasa terima kasih kita.”

Tak banyak yang bisa menjangkau masa lalu, tapi hari itu, di bawah langit Sangihe, sejarah kembali terasa dekat—melalui tangan-tangan yang peduli serta syukur kepada sang khalik.

Jurnalis/Editor; Jay Bawole

Yuk! baca berita menarik lainnya dari Sastal Pos di GOOGLE NEWS dan Saluran WHATSAPP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *