Oleh : Ronny Serang
Seperti tahun – tahun sebelumnya, setiap 31 Januari Kabupaten Kepulauan Sangihe merayakan Hari Ulang Tahun (HUT).
Tepat pada hari ini kabupaten dengan 105 pulau, 79 tidak berpenghuni serta 26 berpenghuni yang berbatasan langsung dengan negara yang dipimpin oleh Duterte kini berusia ke 594. Tentu bila dilihat dari sisi angka bukan waktu yang sebentar dalam sebuah peradaban.
Kini daerah yang telah 14 kali berganti bupati dan melewati beberapa zaman, mulai dari kerajaan, orde lama sampai dengan sekarang zaman reformasi telah mengarungi berbagai dinamika dalam pembangunan baik fisik maupun pembangunan manusianya.
Tentu setiap pemimpin memiliki kelebihan dan kekurangannya masing – masing juga dengan andil dan hasil pembangunan yang telah dirasakan oleh masyatakat yang mendiami pulau dengan luas wilayah 1.012,94 km2 ini.
Pada Tahun 2002, Kabupaten Kepulauan Sangihe dimekarkan (pada saat itu masih Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Talaud) menjadi 2 Kabupaten berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2002, yaitu Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud. Pemekaran kembali dilakukan di Kabupaten Induk (Kabupaten Sangihe) menjadi Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan SIAU TAGULANDANG BIARO (SITARO) pada tahun 2007 sesuai Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2007 tanggal 2 Januari 2007.
Pasca diberlakukannya pemilihan kepala daerah langsung hingga saat ini, ada satu nama politisi yang selalu muncul dalam perhelatan pesta demokrasi lima tahun sekali tersebut.
Seorang anak pulau yang mungkin sebelumya tidak pernah bercita – cita apalagi berpikir untuk menjadi pemimpin di tanah Tampungang Lawo.
Representasi dari anak pulau yang dibesarkan dengan alas kaki tajamnya karang dan gemuruh ombak sebagai wahana yang menggembirakan dan menyenangkan. Dari sana pula dia ditempa dan dibentuk sebagai pribadi yang tanggu tak surut oleh tantangan dan hambatan.
Jabes Ezar Gaghana (JEG) yang disebut sebagian orang sebagai politisi bertangan dingin, sempat menjadi anggota DPRD, Wakil Ketua DPRD namun yang paling prestisius adalah tampilnya JEG dalam tiga kali Pilkada
dan selalu tampil menjadi kampiun dimana dua kali sebagai Wakil Bupati dan sekarang oleh kehendak Tuhan dan dipercayakan rakyat Sangihe, dirinya ada di fase emas karir politiknya sebagai Tembonang u Wanua (Bupati), Jabes Ezar Gaghana dia tetaplah anak pulau dan anak kampung dengan ciri khas sederhana dan renda hati.
Jabes Ezar Gaghana dan Helmud Hontong saat ini menjadi nahkoda kabupaten yang telah berusia 594 ini. Sebagai pasangan yang mengusung tagline ‘Membangun Dengan Kasih’ tentu memiliki tantangan dan pekerjaan yang rumah yang tidak mudah untuk membawa Kabupaten Kepulauan Sangihe Daerah Perbatasan NKRI, Sebagai Gerbang Maritim Indonesia Yang Maju, Sejahtera dan Mandiri sebagaimana visi mereka. Sejak kemunculan mereka, pasangan ini telah mengguncang dunia perpolitikan regional bahkan nasional karna dibiayai langsung oleh rakyat dan mampu mendobrak tatanan politik praktis yang mulai tumbuh subur di masyarakat bahkan karna dicintai rakyat mereka mampu mengalahkan kekuatan politik yang saat itu mustahil untuk dikalahkan.
Setelah mereka di lantik, tantangan baru mereka hadapi dimana waktu itu Kabupaten Kepulauan Sangihe harus mengalami defisit anggaran namun mampu mereka lewati.
Bahkan memasuki tahun 2018 pun nyali politik seorang JEG terus diuji, tantangan baru kembali muncul dari mitra kerja dalam hal ini lembaga DPRD dan puncaknya 2018 pembahasan APBD- Perubahan.
Namun dari banyaknya tantangan dihadapi oleh JEG sebagai nahkoda, Kabupaten Sangihe tetap mampu mencetak prestasi sepanjang tahun 2018 antara lain, WTP dalam hal pengelolaan keuangan dari BPK, Penghargaan sebagai daerah peduli perkebunan, Kabupaten Peduli HAM, Penghargaan atas peran aktif terhadap perlindungan pegawai pemerintah bukan ASN dalam program jaminan sosial tenaga kerja, Progres pengelolaan keuangan dan penyerapan fisik DAK bantuan stimulan perumahan swadaya, Penghargaan keterbukaan informasi publik, dan Adipura sebagai kota kecil terbersih dan penghargaan lainya.
Pasangan ini pun berani tampil beda dalam menelorkan program unggulannya yang mampu mencuri perhatian pejabat nasional sehingga tidak sedikit pejabat pusat yang sengaja datang untuk melihat langsung program yang berpihak pada rakyat dan mengedepankan kearifan lokal diantaranya Medaseng dan Dua hari dan seminggu makan tampa nasi yang tidak hanya mengembalikan kearifan lokal tetapi terpenting meningkatnya tarif hidup petani.
Tentu terlalu dini menilai keberhasilan JEG – HH dalam membangun Sangihe.
Akan tetapi di usia 594 ini banyak asa dan harapan masyarakat Sangihe berada di pundak pemimpin Sangihe untuk mewujudkan Sangihe Sejahterah dan mandiri.
Selamat HUT Kabupaten Kepulauan Sangihe ke 594.
Somahe Kai Kehage.
Malungsemahe… !!!