SANGIHE, SASTALPos.com – Bencana Alam dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, termasuk di Kabupaten Kepulauan Sangihe. seperti bencana gempa bumi kerap dialami Kepulauan ini.
Penelitian menyatakan bahwa Kabupaten Kepulauan Sangihe merupakan salah satu Kabupaten dengan gempa merusak. Hal ini dikarenakan dikelilingi oleh 2 lempeng besar yaitu lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik, 1 lempeng sedang yaitu Lempeng Filipina dan memiliki lempeng kecil, yaitu lempeng Sangihe. Kemudian juga, pada saat ini Kabupaten Sangihe mengalami bencana non alam seperti pandemi COVID-19 bersama kabupaten di seluruh Indonesia.
Diketahui data hingga hari kamis 27 Agustus 2021 tercatat sebanyak 1.095 warganya mengalami kasus COVID-19. Berdasarkan hal tersebut, Tim pengabdian Politeknik Negeri Nusa Utara (POLNUTAR) perlu mengurangi risiko bencana salah satunya dengan memberikan dukungan dan edukasi pada anak sekolah khususnya pada SDN Inpress Beha Kecamatan Tabukan Utara.
Pemilihan lokasi ini dikarenakan letaknya yang berdekatan dengan gunung Awu yang merupakan salah satu gunung Merapi aktif dan pada tingkat kecamatan wilayah ini berada pada zona orange dalam penyebaran kasus COVID-19.
” sekolah juga merupakan tempat ideal untuk efek tular informasi pengetahuan dan keterampilan sehingga anak-anak dapat menjadi media penyampaian edukasi kepada keluarga, ” Dhito Dwi Pramardika, S.K.M., M.Kes .
Kegiatan pengabdian ini dilakukan Sabtu, 28 Agustus 2021 oleh dosen program studi Keperawatan Jurusan Kesehatan yang diketuai oleh Dhito Dwi Pramardika, S.K.M., M.Kes dan beranggotakan Agneta Sartika Lalombo, S.S., M.Hum dan Meityn Disye Kasaluhe, S.K.M., M.PH.
Kegiatan ini, mengikuti Protokol kesehatan sehingga hanya menghadirkan 24 siswa, 4 guru dan 5 orang tim pengabdian POLNUSTAR.
” Tujuan dari kegiatan tersebut adalah meminimalisir risiko bencana di SDN Inpres Beha dan melatih keterampilan murid untuk siaga terhadap bencana. Kegiatan ini dibagi menjadi 2 kegiatan berupa kegiatan dukungan dan kegiatan edukasi, ” ungkap Pramardika
Selain kegiatan pelatihan, juga ada kegiatan dukungan berupa melengkapi sarana dan prasarana seperti pemasangan bell yang berfungsi sebagai tanda bahaya, pemasangan rambu jalur evakuasi, desinfektan ruang belajar, penyediaan tempat cuci tangan, alat pengukur suhu tubuh, masker bagi guru dan murid, hand sanitizer dan juga berbagai bahan dan perlengkapan dari pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).
” kegiatan edukasi berupa peningkatan pengetahuan terhadap bencana gempa bumi dengan 3 metode pembelajaran yaitu ceramah, mix a match dan bernyanyi. Kemudian juga diberikan pelatihan keterampilan siswa dalam melakukan evakuasi secara mandiri terhadap kesiapsiagaan mengahadapi bencana, ” Papar Dosen program studi Keperawatan Jurusan Kesehatan ini.
Kegiatan ini disambut baik pihak Sekolah yang dalam hal ini disampaikan langsung oleh ibu Saidah Lalenoh, S.Pd.I selaku Kepala Sekolah. Dengan menyampaikan ucapan terima kasih telah melakukan kegiatan pengabdian di sekolah, karena di sekolah ini memang belum pernah mendapatkan pendidikan kebencanaan seperti Latihan kesiapsiagaan bencana,
” dengan adanya kegiatan ini kami berharap dapat membantu anak-anak dalam memainkan peranan penting dalam penyelamatan hidup dan perlindungan anggota masyarakat terutama keluarganya”. (ADV).