Catatan : Gunfanus Takalawangeng
Pemilihan Kepala Daerah ( Pilkada) serentak tahun 2024 secara Nasional yang terjadi 37 Propinsi dan 508 Kota/kabupaten menjadikan pimpinan partai politik ( Parpol) untuk adu strategi dalam memenangkan Calon yang akan diusung partainya. Bahkan konstalasi politik seperti apa yang akan dimainkan dalam Pilkada serentak nanti, termasuk berkoalisi dengan Parpol lain untuk sebuah kemenangan.
Tentu, mengacu pada raihan suara dan kursi di DPRD tidak semua Parpol yang berhak mengusung calon tunggal. Kecuali perolehan 20 persen dari jumlah kursi DPRD hasil Pemilu Legislatif 14 Februari lalu. Atau beberapa Parpol yang nantinya akan berkoalisi untuk mencukupi syarat tersebut, seperti diatur dalam UU Pilkada No. 1 tahun 2015 serta perubahan UU No.10 Tahun 2016 tentang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan wakil Bupati dan Walikota dan wakil walikota serta perubahan terakhir UU 6 tahun 2020.
Nah, khusus Pilkada di Kabupaten Kepulauan Sangihe sesuai hasil pleno KPUD jumlah kursi di DPRD dipastikan Parpol yang memiliki peluang mengusung Bakal Calon tunggal yakni PDIP dengan mendapat 6 kursi, dan Nasdem 5 Kursi, sementara partai yang harus berkoalisi yakni partai Golkar 4 Kursi, Perindo 3 kursi, Gerindra 2 Kursi, Demokrat 2 kursi, PKB 2 Kursi dan Hanura 1 Kursi.
Dari perolehan jumlah kursi DPRD tersebut bakal ada 3 – 4 Paslon Calon Bupati dan Wakil Bupati yang akan menjadi kontestan Pilkada 2024. Semua tergantung dari kepiawaian dan kesiapan pemimpin Parpol dalam melakukan lobi Politik dengan Partai lain.
Namun, Bukti sejarah perpolitikan di Tanah Tampungang Lawo Pilkada pertama di Kabupaten Kepulauan Sangihe yang dipilih langsung oleh rakyat pada tahun 2007, dimana pertarungan kala itu Partai Golkar berkoalisi dengan PDIP dengan mengusung Drs. Winsulangi Salindeho – Jabes Ezar Gaghana ( Saligana ) keluar sebagai pemenang. 5 Tahun kemudian pada pilkada tahun 2012 koalisi Golkar – PDIP bubar dan menjadi rival. sehingga hasil akhir PDIP menjadi pemenang pasangan calon ( Paslon) Drs. Hironimus Rompas Makagansa (HRM) – Jabes Ezar Gaghana (JEG), ( Makaghana).
Pilkada terakhir yakni tahun 2017 merupakan Pilkada yang tergolong fenomenal dimana kedua partai besar ini kembali bertarung, untuk merebut pemimpin Tampungang Lawo antara JEG – Helmud Hontong (HH) yang diusung Partai Golkar dan HRM – Fransiskus Andi Silangen (FAS) diusung oleh PDIP dan harus diakui Partai berlambang Moncong Putih tersebut kalah dari partai berlambang Pohon Beringin.
Apakah dua partai besar ini kembali berkoalisi pada Pilkada tahun 2024 ? Untuk mengulang kembali kemenangan yang pernah diraih tahun 2007 silam.?
Namun kali ini, hasil Pileg 2024 menjadikan Partai Nasdem berpotensi menjadi penantang tangguh untuk menghadang ambisi PDIP dan Golkar. Dengan perolehan 16.989 suara di Pileg 2024.
Ketika PDIP dan Partai Golkar menjadi rival pada Pilkada 2024. siapa figur yang berpotensi menjadi calon Bupati ? Sudah ada beberapa nama – nama bakal calon yang mulai ramai diperbincangkan yakni HRM (ketua DPC PDIP Sangihe ) dan dr. Rinny Tamuntuan ( Pj. Bupati Sangihe ).Sedangkan Partai Golkar hanya ada satu nama yaitu JEG ( Ketua DPD II Golkar Sangihe).
Sementara itu, nama – nama calon Wakil Bupati yang berpotensi dari kedua partai ini, yakni dari PDIP ada Benhur Takasiaheng, Ferdy Sondakh, Denny Roy Tampi, Demsy Sumendap, Marvel Dicky Makagansa. Lain halnya dengan Partai Golkar potensi calon wakil bupati ada dua kader terbaik dengan memperoleh suara yang signifikan di dapil yang berbeda yakni Tendris Bulahari dan Marvein Hontong.
Seperti apa, ketika partai identik berwarna merah dan kuning ini berkoalisi di Pilkada 2024 nanti ? siapa yang layak menjadi calon Bupati dan Wakil Bupati serta di sukai oleh masyarakat Sangihe menjadi pemimpin 5 tahun kedepan ?.
Koalisi atau tidak antara kedua partai besar ini. Tentu, memiliki keuntungan maupun kerugian. Berbicara keuntungan ketika terjadi koalisi sudah dapat dipastikan akan memetik kemenangan di Pilkada 2024.
Sederhana saja, ketika keduanya dalam satu gerbong koalisi dapat meleburkan perbedaan pilihan dan gesekan dari para pendukung yang pernah terjadi di Pilkada 2017 lalu. Bahkan biaya Politik pun pasti kecil.
Tak hanya itu, hasil pileg lalu menjadi bukti dimana peraih suara terbanyak PDIP dengan total 21.240 suara dan urutan tiga Partai Golkar 13.888 suara. Sehingga total perolehan kedua partai ini ada diangka 35.128 suara. Dan tidak menutup kemungkinan akan bertambah ketika di Pilkada nanti.
Lain halnya dengan kerugian yang akan dialami ketika tidak berkoalisi, maka akan ada pertarungan sengit. Namun masih ada alternatif lain, yakni Koalisi PDIP – NasDem atau Golkar – NasDem. Tentu berbeda lagi situasinya.
Kesimpulannya, jadi Koalisi atau tidak hanya pimpinan parpol tingkat pusat yang akan memutuskannya. Kita tinggal menunggu dua atau tiga bulan ke depan.